Tokoh Syiah ekstrim asal Australia dikabarkan mengisi training di Jakarta/Foto: Laman Facebook Emilia Renita Az
Tokoh Syiah ekstrim asal Australia dikabarkan mengisi training di Jakarta/Foto: Laman Facebook Emilia Renita Az
Oleh: Muhajirin Lc
Pengkaji aliran dan gerakan Syiah
PADA tanggal 18 Dzulhijjah umat Syiah merayakan hari raya Ghadir Khum, termasuk Syiah di Indonesia. Seiring dengan dekatnya waktu pelaksanaan beredar kabar acara akan dihadiri seorang tokoh kontroversial Syiah Muhammad At-Tauhidi yang bermukim dan menjadi pemimpin kelompok Syiah di Australia sehingga memunculkan protes.
Tak pelak dua ormas besar Syiah di Indonesia ABI dan IJABI kemudian mengeluarkan pernyataan menolak kedatangan Muhammad At-Tauhidi karena dianggap kontroversial dan ekstrim terhadap simbol-simbol Ahlussunnah. Namun, belakangan, beredar foto-foto Muhammad Tawhidi bersama istri Dewan Syuro IJABI, Emilia Renita Az.
Pertanyannya, jika Tawhidi dianggap sebagai sosok kotroversial sehingga ditolak kedatangannya, lantas bagaimana dengan tokoh-tokoh Syiah lainnya yang lebih kontroversial dari Tawhidi? Bahkan tokoh-tokoh itu masih dan senantiasa menjadi simbol-simbol utama Syiah, hingga di antara mereka ada yang foto-fotonya dipajang di rumah-rumah dan markaz Syiah bak seorang pahlawan besar yang senantiasa menjadi panutan dan inspirasi hidupnya.
Berikut beberapa kutipan dari sekian kontroversi dari dua tokoh besar Syiah klasik dan kontemporer:
1. Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini
a. Tentang tahrif (distorsi Al-Qur`an), dalam Ushul Al-Kafi juz 1 hal 634 memuat hadits versi Syiah berupa :
عن أبي عبد الله (ع) قال : إن القرآن الذي جاء به جبريل (ع) إلى محمد (ص) سبعة عشر آية.
Dari Abu Abdillah berkata : “sesungguhnya Al-Qur`an yang dibawa Jibril kepada Muhammad berjumlah tujuh belas ayat.”
Dan dalam sumber yang sama di juz 1 hal 228 Al-Kulaini juga memuat riwayat konterversial :
قال أبو جعفر (ع) : ما ادعى أحد من الناس أنه جمع القرآن كله كما أنزل إلا كذاب. ما جمعه وحفظه كما نزله الله تعالى إلا علي بن أبي طالب (ع) والأئمة من بعده
Abu Jakfar berkata : “Tidak ada seorangpun yang mengaku bahwa dia telah melakukan kodifikasi (membukukan) Al-Qur`an seluruhnya sesuai dengan teks yang turun kecuali dia adalah pendusta besar, tidak ada yang bisa membukukan dan menjaga hafalan Al-Qur`an sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Allah kecuali Ali bin Abu Thalib dan para imam sesudahnya.”
b. Tentang pengkafiran sahabat, dalam Ushul Al-Kafi juz 1 hal 373 Al-Kulaini memuat riwayat
عن أبي يعفور عن أبي عبد الله قال : سمعته يقول : ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم : من ادعى إمامة من الله ليست له ومن جحد إماما من الله، ومن زعم أن لهما في الإسلام نصيب
Dari Abu Yakfur berkata, aku mendengar Abu Abdillah berkata, “ada tiga orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak dibersihkan dosanya dan mereka mendapatkan adzab yang pedih; yaitu orang yang mengklaim kepemimpinan dari Allah yang bukan miliknya, yang membangkang imam dari Allah dan yang mengira bahwa mereka berdua (Abu Bakar dan Umar) tergolong muslim.”
2. Khomeini
a. Tentang tahrif Al-Qur`an, memang khomeini tidak seterang dan seberani para pendahulunya dalam mengungkapkan adanya distorsi di dalam Al-Qur`an, namun jika kita perhatikan dalam pernyataan dia ini akan mengarah pada keyakinan yang sama.
Dalam kitab Kasyfu Al-Asrar yang diterbitkan oleh pustaka Daaru ‘Ammar, di halaman 131 khomeini menyebutkan :
لو كانت مسألة الإمامة قد تم تثبيتها في القرآن، فإن أولئك الذين لا يعنون بالإسلام والقرآن إلا لأغراض الدنيا والرئاسة كانوا يتخذون من القرآن وسيلة لأغراضهم المشبوهة، ويحذفون تلك الآيات من صفحاته، ويسقطون القرآن من أنظار العالمين   ويلصقون العار وإلى الأبد بالمسلمين وبالقرآن، ويثبتون ذلك العيب الذي يأخذه المسلمون على كتب اليهود والنصارى.”
Meski masalah imamah sejatinya ada ketetapannya di dalam Al-Qur`an, namun mereka yang tidak memahami islam dan Al-Qur`an kecuali untuk tujuan dunia dan kekuasaannya, dan menjadikan sebagian ayat Al-qur`an sebagai sarana untuk kepentingan dunianya, mereka menyingkirkan ayat-ayat imamah dari lembaran-lembaran Al-Qur`an dan mengeliminir Al-Qur`an dari pandangan mata semua orang, lalu menempelkan cela pada kaum muslimin dan Al-Qur`an seterusnya, kemudian menetapkan keburukan (kepalsuan) yang diambil oleh kaum muslimin sebagaimana yang dilakukan Yahudi dan Nasrani terhadap kitab mereka.”
b. Merendahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Dalam kitab Mukhtaarat Min Ahaadiits Wa Khithaabaat Al-Imam Al-Khumaini, di hal  42, disebutkan khutbah khomaini pada tanggal 15 Sya’ban 1400 H, di antara isinya :
فكل نبي من الأنبياء إنما جاء لإقامة العدل وكان هدفه هو تطبيقه في العالم، لكنه لم ينجح، وحتى خاتم الأنبياء (ص) الذي كان قد جاء لإصلاح البشر وتهذيبهم وتطبيق العدالة، فإنه أيضا لم يوفق، وإن من سينجح بكل معنى الكلمة ويطبق العدالة في جميع أرجاء العالم هو المهدي المنتظر
“Setiap Nabi datang hanya untuk misi menegakkan keadilan semata, maka visi mereka adalah mereasikan keadilan di seluruh dunia, namun mereka tidak ada yang berhasil, sampai penutup para Nabi (Muhammad) yang datang untuk tujuan memperbaiki manusia, mendidik mereka dan merealisasikan keadilan juga belum sukses, dan yang akan sukses dalam menegakkan semua misi kenabian dan merealisasikan keadilan di seantero bumi ini hanya imam mahdi yang dinanti-nanti.”
Dua tokoh di atas adalah diantara sekian tokoh Syiah yang senantiasa menghiasi buku-buku Syiah, dan menuai banyak pujian dan sanjungan serta pengakuan sebagai sosok fenomenal di dunia islam dalam kacamata Syiah.
Akan tetapi, sekelumit kontroversi dua tokoh besar di atas cukup memberikan gambaran bahwa sebenarnya Syiah tidak konsisten dalam menentukan sikap. Di satu sisi, mereka menolak kehadiran Tawhidi, namun di satu sisi bersikap loyal total terhadap Al-Kulaini dan khomeini. 

KITA pun patut bertanya, jika ABI dan IJABI benar-benar menolak kedatangan Tawhidi karena sikap ekstrimnya dalam menghina simbol-simbol Sunni, lantas bagaimana dengan buku-buku yang dikeluarkan penerbit-penerbit Syiah, baik dari ABI maupun IJABI?
Mari kita tengok beberapa buku mereka dalam bahasa Indonesia:
1. Kecuali Ali.
Ditulis oleh Abbas Rais Kirmani dan diterjemahkan oleh Musa Sahab dari judul “Ali Oyene-e Izadnemo” diterbitkan oleh Al-Huda atau ICC Jakarta, cetakan pertama : Rajab 1430/Juli 2009.
Dalam halaman 143-144, buku ini jelas-jelas melaknat Amirul Mukminin Abu Bakar:
“Dalam khutbah syiqsyiqiyah, imam Ali as mengkritik salah satu dari tiga khalifah berikut, kritik terhadap Abu Bakar : “Dia Abu Bakar sangatlah mengetahui bahwa saya adalah orang yang paling layak menjadi khalifah dan apakah benar datangnya baju ke-khilafahan hanya bagi tubuh saya? Di masa kekhilafahannya bagai seseorang yang merasakan duri di mata dan tertusuk tulang di tenggorokan, “Demi Allah, anak dari Abu Quhafah (Abu Bakar) telah mengenakan baju kekhilafahan, padahal dia mengetahui bahwa saya seperti poros dan penggilingannya (kekhilafahan adalah hak saya). Air bah telah menimpa ku, tapi burung tidak akan terbang tinggi, kecuali akan kembali kepadaku.”
….. Kemudian Imam Ali as mengatakan, “Aneh, pada masa kekhilafahannya, Abu Bakar memohon maaf atas pelanggaran kekhilafahannya, namun di sisi lain beliau mengukuhkannya, untuk orang lainnya jika wafat nanti. (mengisyaratkan atas kemunafikan).”
2. Antologi Islam (edisi revisi)
Buku ini diterjemahkan dari “Encyclopedia of Shia” dan diterbitkan Al Huda atau ICC Jakarta. Para Penerjemahnya adalah: Safik Suhud, Anna Farida, Sri Dwi Astuti, Ana susanti, Diani Mustikaati.
Di halaman 67, tertera penghinaan kepada Ummul Muknimin Aisyah
: “Kelakuaan buruknya di depan Rasulullah saw mencapai puncaknya ketika beliau sedang shalat, dia menjulurkan kakinya di tempat sujud. Ketika beliau sujud dan mencubit kedua kakinya, dia menarik kakinya, ketika beliau berdiri untuk melanjutkan shalatnya, dia julurkan lagi kedua kakinya.”
“…. Dengan sifat yang semacam itu, layakkah dia dimasukkan ke dalam Ahlubait yang telah disucikan sesuci-sucinya oleh Allah Swt?, membantah Nabi saja sudah cukup untuk menunjukkan ketidak murnian ketaatan dan kecacatan dalam hal keshalihan dia malah memarahi dan menjauhi, memata-matai, mencurigai, bahkan menuduh Rasulullah saw sebagai berpura-pura menjadi nabi.”
Di halaman 69 menulis cinta Rasulullah ke Aisyah rekayasa musuh:
“laporan-laporan lemah yang mengklaim adanya cinta  yang berlebihan dari Rasulullah saw kepada Aisyah senyatanya adalah dibuat oleh musuh-musuh Ali…”
Di halaman 655 tertulis hinaan kepada Abu Hurairah”
“Abu Hurairah adalah seorang Yahudi menjadi muslim pada hari khaibar yang terjadi satu tahun setelah perjanjian Hudaibiyah dan hanya tiga tahun hidup bersama Nabi.”
Di halam 658:
“Setelah Abu Hurairah masuk islam, ia tidak punya apa-apa, ia biasa meminta orang-orang untuk membaca ayat Al-Qur`an bukan karena ingin memperoleh kebaikan dari Al-Qur`an. Ia ingin orang tersebut merasakan secara keagamaan dekat dan meminta Abu Hurairah ikut makan malam atau makan siang dengannya. Ini merupakan fenomena terkenal sebagai menggabungkan perut dan agama (menggabungkan agama dengan uang, perut, kekuatan … atau hal-hal yang remeh).”
Di halaman 662:
“Kemungkinan orang ini melakukannya, demi keuntungan pribadi, pengaruh, dan motivasi politik/sosial sangatlah tinggi, dan kita harus mengkhawatirkan hal itu….”
Di halaman 664 :
“Tidak ada yang suci mengenai pribadi-pribadi sahabat ini, secara khusus Abu Hurairah, yang harus mencegah seseorang mencari kebenaran dengan menyelidiki dan mengevaluai ulang perbuatan-perbuatan mereka..”
 3. The Shia asal usul dan keyakinannya
Judul asli “The Shia, Their Origin and Beliefs” karya Hasyim Al-musawi diterjemahkan oleh Ilyas Hasan, diterbitkan oleh Penerbit Lentera, cetakan pertama tahun 1996.
Di halaman 225 hujatan kepada sejumlah Amirul Mukminin:
“Pelarangan Abu Bakar, Umar dan Utsman dan sebagaian besar penguasa Umayyah tentang pencatatan sabda-sabda Nabi, serta penghancuran banyak koleksi sabda Nabi yang oleh sebagian sahabat Nabi, berdampak negatif bagi mazhab Sunni akibat kebijakan ini, madzhab Sunni kehilangan banyak sabda otentik Nabi, sementara ratusan ribu sabda dan riwayat palsu, khususnya yang berbasis riwayat-riwayat dan legenda-legenda Yahudi beredar merajalela.”
Pengkaji aliran dan gerakan Syiah
4. 40 Masalah Syiah
Buku karya Emilia Renita AZ, editor Jalaludin Rahmat ini dikeluarkan secara resmi oleh IJABI. Buku ini juga mencela Sahabat-sahabat Nabi dan Ahlus Sunnah.
Dalam hal 234-235, tertera:
“Di bawah ini adalah sebagian kecil contoh bid’ah-bid’ah pada Ahlus Sunnah, berikut siapa pelakunya:
Abu Bakar :
– Menghapus hak “muallafatu quluubuhum”
– Menghapus hak keluarga Nabi saw dalam khumus
– Nabi tidak mewariskan apa-apa
– Membebaskan Khalid bin Walid yang menikahi perempuan tanpa iddah
– Melarang penulisan hadits dan membakarnya.
Umar bin Khatthab :
– Menentang Rasulullah saw untuk menulis wasiatnya
– Mensunnahkan shalat tarawih dalam jamaah
– Menghapus “hayya ‘ala khairi Al-Amal.”
– Melarang nikah mut`ah
– Tidak ada shalat kalau tidak ada air
– Menetapkan talaq tiga dalam satu saat
– Melarang haji tamattu’
……..”
5. Al-Mustafa
Ini buku karya Jalaludin Rahmat, diterbitkan oleh Muthahhari Press, dimuat di hal 109-111 ungkapan Jalal bahwa Ibunda Aisyah telah berbohong tentang riwayat kepemimpinan shalat Abu Bakar yang menggantikan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Kemudian di halaman yang sama Jalal melakukan manipulasi nama tempat dalam hadits “Sunh” bukanlah berpuluh meter dari Madinah.
Dan masih banyak data buku-buku berbahasa indonesia baik dari pihak ABI dan IJABI yang memuat banyak tulisan-tulisan kontroversial, sementara buku-buku tersebut masih berlaku dan senantiasa diterbitkan dan disebar luaskan.
Jika memang ABI dan IJABI menyatakan penolakan terhadap tokoh semisal Muhammad At-Tawhidi dan Yasir Habib karena dianggap kontroversial dan ekstrim terhadap ajaran dan simbol Sunni sehingga bisa menciderai slogan persatuan atau pendekatan antara madzhab Syi’ah dan Sunnah, maka sudah seharusnya buku-buku berbahasa Indonesia yang memuat tulisan-tulisan miring yang menyakiti Sunni ditarik dari peredaran atau setidaknya ada revisi tetang isi miring tersebut.
Tapi apakah hal itu mungkin dilakukan?
Sebab sikap seperti ini tak ubahnya sikap Ali At-Taskhiri yang menjadi wakil Syiah dalam upaya melakukan Taqrib baina Al-madzahib (pendekatan antar madzhab Sunni dan Syiah) di mana dalam forum tersebut dia menyampaikan bahwa Syiah menghormati Sunni, namun di lapangan sangat bersebrangan, tak jauh setelah forum itu diadakan di hari-hari besar Syiah, umat Syiah di Iran, Iraq, Libanon, Mesir, Bahrain, Kuwait dan Qatar dan di beberapa tempat lainnya yang tetap saja melaknat Amirul Mukmini; Abu Bakar dan Umar Bin Khatab Radhiyallahu Anhuma, mencela Ibunda orang-orang beriman Siiri Aisyah dan Hafshah radhiyallahu Anhuma. Praktik seperti ini bahkan terlihat jelas di jalan-jalan raya dan tempat terbuka yang tidak bisa ditutup-tutupi.
Juga sudah bukan rahasia lagi jika laknat seperti ini merupakan doktrin dan ajaran pokok Syiah Imamiyah yang tidak bisa diganggu gugat.
Syeikh Dr Yusuf Al-Qardhawi yang semula menfatwakan setuju dengan upaya taqrib (karena demi menjaga darah dan keamanan minoritas Sunni atau Sunni lemah yang hidup di bawah tekanan mayoritas Syiah dan minoritas Syiah yang berkuasa seperti Iran, Iraq, Libanon, Suriah, Ahwaz dsb), akhirnya menarik diri dari fatwa tersebut karena melihat fakta yang berbeda di lapangan dan justru semakin tambah parah.
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: