
Dr Abdul Choir/Foto: Panjimas.com
A’WAN Suriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, Habib Ahmad bin Zein al Kaff menilai penyebaran ajaran Syiah di Indonesia dilakukan dengan jalan taqiyyah. Hal ini bisa dilihat dari berbagai kitab rujukan Syiah seperti Al Kaafi, Al Istibshaar, Man Laa Yahdhuruhul Faaqih, At Tahdziib).
“Tidak ada Syiah yang tidak Taqiyyah, kalau ngaku gak Taqiyyah ya berarti Sunni,” tegas Habib Ahmad bin Zein sambil berdiri dalam acara Cinta Rasul, Cinta Ahlul Bait, dan Cinta Sahabat di Azzikra Islamic Fair, di Masjid Az-Zikra, Ahad (17/52015).
Untuk mencegah perluasan Syiah di Indonesia, Habib Ahmad bin Zein menghimbau kepada kaum muslimin, pemerintah dan ulama untuk merapatkan barisan dan tidak saling menyerang dalam perbedaan furu’iyah(cabang agama).
Sementara itu, Anggota Komisi Hukum dan Undang-undang MUI, Dr Abdul Choir Ramadhan, menjelaskan ekspansi ajaran Syiah ke Indonesia memanfaatkan kaki tangan rakyat tanah air sendiri, seperti organisasi Ahlul Bait Indonesia (ABI) dan Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI).
Lebih lanjut Doktor Hukum UNS Solo ini menilai, organisasi-organisasi Syiah di Indonesia berusaha mendirikan lembaga marja dengan empat fungsi.
Pertama, merancang konstitusi negara layaknya Iran yang menerapkanImamah dan al Wilayah (pemerintahan berkesinambungan).
Kedua, merancang kebijakan prioritas negara, seperti persetujuan pemerintah hari ini dengan Iran berkaitan penanggulangan penyerangan-penyerangan terhadap minoritas Syiah.
Ketiga, membuat sayap militer, seperti di daerah pertengahan Maluku dan Surabaya, Jember, Sukabumi, Mega Mendung, Cipayung.
Keempat, kewajiban Khumus (angsuran penghasilan 20%).
Dengan keyakinan Imamah, maka tidak tepat jika Syiah Indonesia disebut moderat karena mereka patuh dengan wilayatul faqih.
“Dari sini sangat terlihat Syiah dapat mengguncang keutuhan NKRI,” ujar dia. [tamam/Islampos]
Post A Comment:
0 comments: