
Lebih gamblang lagi, Prof Baharun mengatakan Syiah tidak menyebarkan hanya teologi tapi juga ideologi, yaitu ideologi Imamah.
Revolusi Syiah seperti di Iran tidak mustahil terjadi di Indonesia kalau muslimin Indonesia ini lemah dan masih berkutat di perkara khilafiyah, lanjutnya di acara “Cara Gampang Mengenal Syiah” yang dilaksanakan di aula AQL kemarin.
“Mari muslimin rapatkan shaf untuk hadapi Syiah. Syiah adalah masalah kita semua, kita harus terlibat, kalau ingin (muslim) ahlusunnah tetap eksis di Indonesia. Bukan mustahil ahlusunnah akan habis digantikan Syiah rafidhah,” ujar Rektor Universitas Nasional (UNAS) Bandung itu.
Lebih lanjut, Prof Baharun menceritakan bahwa dahulu Iran adalah ahlusunnah yaitu Islam, tetapi karena muslim di sana sering mempermasalahkan masalah khilafiyah (masalah perbedaan yang tidak prinsip), maka Syiah mengambil alih posisi Islam di Iran.
Demikian pula beliau menuturkan 15 tahun lalu, pernah bertemu dengan tokoh muslim Libanon, yaitu Duktur Muhammad Barakat. Duktur Barakat mengelola majalah dan harian al-Liwa di Libanon. Saat itu, beliau bangga karena Muslim di Libanon posisinya di atas Syiah. Tetapi sekarang populasi muslim di Libanon itu sudah berubah, Syiah di Libanon sudah di atas Muslim.
“Apa kita akan biarkan di Indonesia seperti Libanon?” tegas Prof Baharun melontarkan pertanyaan dengan penuh berapi-api.
Beliau juga menekankan agar muslimin meninggalkan perkara-pekara furu’iyah, dan bersatu menghadapi bahaya Syiah.
Rep : Beta Ismawan
Red : Randy
Red : Randy
Post A Comment:
0 comments: